Mengarca Rahsia

 

Kunjungan

                                     

berada di sela-sela gerbang mimpi malam hari

inilah kunjungan umpama pernah termetri pada janji

tanda rinda telah usai di kelopak embun dinihari

terasa basahnya, sejuknya menjahit nyaman

bertunas di dahan hati

 

selalu kuusai calar-balar kehidupan

selalu kutemui pendirian berdiri pada runcing tombak

makna tandatanya yang harus dijawab

sekalipun hari semakin hampir pada senjanya

dan mimpi-mimpi menghampiri daun detik terakhirnya

rimba malam diredah jua mengutip jejak dan sisa

 

jika ada masa bicaralah lewat mimpi yang menghadiri

pertanyaan-pertanyaan yang belum berjawab,

jika ada waktu lorongilah kalbu yang menghimbau rindu

yang membuak mengalir luka persahabatan dulu

jika ada luang hayatilah cahaya dari luka itu

mengalir lewat bucu-bucu anak panah sepimu

 

ah! terkasimakah

waktu hujan gerimis membasahi cermin fikir

kulihat awan kembali menyerlahkan tamsilan

warna mendung

namun kian kurasai dan kumesrai

tangan makna yang akan menyambut

salam kunjungan ini

 

 

3 Julai 1997

Kota Kinabalu

 

 

 

 

Akar Percakapan

 

Seketika, sulit menjadikan akar sebagai punca

selagi belum mengenal apakah makna punca,

apakah makna akar?

 

Antara tawa atau basah di celah pandang

saujana laut riwayat

akar melingkari tubuh kalbu

tak pernah siap digubah

walaupun akhirnya ada penyudahnya

 

Kau dengarkah suara ketika mengugkapkan kenangan?

Masa silam adalah kolam rahsia yang berakar

pada rindu. Bukalah citra itu, adakah akarnya?

 

Kita sering didekati rahsia percakapan, akar kehidupan

awan dan langit kedamaian

walaupun ada duka, ada suka ada gusar berlabuh

ada penyudahnya menyuluh

 

Ayuh, kayuh perahu makna yang bakal ditemui

di sisi gelombang tabah, bertemukah akar-Nya?

 

 

Kota Kinabalu,

1999.

 

 

 

 

Memahami Pertanyaan

 

Masihkah kau digalaui pertanyaan

yang mewarnai naluri menjelitakan wajah persahabatan?

memiliki misterinya sambil menanti penjelasan

yang diintai-intai di balik kamar, menyebati riuh bosan

memburu biru makna di perdu malam

mengungkap percik sinar yang tersirna

asyik menakluk  hayat kebenaran,

 

kau tunas hijau menyelinapi senyap jendela

membuka pandang ke saujana padang gelisah

menyangkutkan pertanyaan demi pertanyaan

dalam kiasnya berbahasa rahsia

kelak merungkai pedih luka dulu

dibisikkan gema canang gulana panjang

dicitrakan saban senja menjengah,

 

yang pulang mentafsir tanya

berulang dan mengulangi kata

berhayat di dalam sukma menafasi

meriwayatkan rahsia memakna sentuhan naluri

memesrai gerbang akrab yang sentiasa sasa

 

 

IPS, KOTA KINABALU.

30/3/2000

 

 

 

 

 

Kunjungan 2

 

mengapa mungkin tak dimengertikan

keberangkatan sekali lagi

lewat selat sunyi

 

ketika mengingati kunjungan setia

hijau flora diri atau alur sungai kehidupan

tiada henti

 

tiada penghabisan mengakhiri persoalan

tiada henti menerawang

gelombang

 

cekal akar mengenal badai bumi

segala ceruk rimba berbaja

kelam pedoman

 

jernih bersentuhan salam

meski tak dibayangi ilusi

mekar mawar kembang di hati

 

salam kunjungan menghantar

aroma mawar

menyambut jejari hari-hari sunyi

 

mu

 

 

Kuantan

12 Oktober 2000

 

 

 

 
Kunjungan 3

 

malam menangkap kelap kelip warna jauh

hidup dalam biru warna di perbukitan ini

damai mengajar kewajaran

 

hanya berjaya kucapai

jejari bayang di hujung jendela

di sisi anggapan ke arahmu

 

wajah warna berkembang di hati

suatu hari yang lain sering

menanti jawapan

 

atas kunjung dari ambang kejauhan

tangis rembulan melauti makna mimpi

menenggelami bicara sunyi

 

dapatkah kau tangkap kelap kelip

warna suatu rasa bergema

di dalam malam saujana pandangan

 

di bawah rembulan biru

di atas anjung damai laut ini

kutulis hanya puisi kunjungan seterusnya

 

agar tidak dimengerti

untuk tidak difahami

maka tidak mungkin diriwayati

 

 

 

Damai Laut Resort,

Lumut, Perak.

13 Februari 2001

 

 

 

Memahami Rindu

 

Saat yang lain

memilih rindu menjadi manis

ketika tiba cita-cita

di puncak pandangan

atau sewaktu menjauh

 

meski perih

memiliki rindu lebih merasa insan

menghargai peribadi

panjangnya pandangan jauh di dalam diri

 

terkadang mesra

merasakan kehadiran yang tiada

mengumpul lembar ingatan

tak habis mahu dileraikan

 

demikian dekat untuk memahaminya

mengagungkan anugerah keramat

bersedia, fasih mengenal ujaran halus

dan mendalam hingga terpendam

telaah diam

tak terjangkau payah melafazkan faham.

 

 

IPS, Kota Kinabalu.

17/1/2000

 

 

 

 

 

Mengarca Rahsia

 

hanya jelingan sukma sahaja

bertandang di anjung malam

adakah biru yang tumbuh di dahan sepi

atau hijab malu menyembunyi hening?

 

mengungkai rangkairahsia antara rahsia

menjelajahkan misteri bertakhta

antara jelas halus pada raut kalbu

kabur mengkabus teliti realiti

 

mabukkah tenungan merasuk renungan

subur kalbu menerawang kebenaran

tapi batil itu mustahil

jangan nyalakan baranafsu di matamu!

 

sering saling berpaling ke lubuk kalbu

arcakan rahsia, seakan tiada

renungkan riwayat malam

ketika duduk bertasyahud atau sujud

 

pinggir malam dan tibanya pengembaraan rahsia

jangan nantikan lidah bermadah

pusatkan tikaman tajam latifah rabbaniah

di sinilah madrasah, pengukhuwah

 

rahsia persahabatan mengarca di kalbu

meskikah keakraban memaknakan hukum

atau wajar dibiar mewarnai misteri

dan berhayat sepanjang matakalbu berdenyut

 

 

13 April 2000

 

 

 

 

 

Dalam Cahaya Bulan

 

hanya kulihat diriku

yang memandang kelam itu terang

sungguh terasa tikaman-tikaman hitam

merobek juga ingatan-ingatan silam

 

di bawah cahaya bulan

aku datang kepada diriku

sedikitpun tak bersapa

hanya kudengar bisikan sukma

 

cahaya bulan yang menembusi pandangan

bak anak-anak panah mencecah tanya

saat kutersedar di alam nyata

kembali kubelajar melukis warna

 

tiba-tiba cahaya bulan memanah ke arahku

sedang kubangun mengusai jejak menuju pintu ...

 

 

Tanaki,Papar.

7-4-2001.

 

 

 

Kunjungan 4(i)

 

datang ke dalam sunyi

menghantar irama seni

menyanyikan sukmamu

meniti di jejambat waktu

tak kutoleh

ketika telah melangkah

ke dalam makna sepi

meski harus kubertahan

untuk melafazkan

ungkap rahsia entah kaupunyai, apakah

 

datang ke dalam kunjungan

tak dimungkiri tafsir makna desir

ombak sukma

taufan duga

setiap detik meletakkan nama

dan nafas di beranda diri,

masih kupertahankan erti persefahaman

memahami kesudahan persoalan

mimpi-mimpi keakraban

 

datang meski tak berulang pulang

tak juga luang

mengungkapkan jawapan

dalam diam membelai pengertian

kunjungan demi kunjungan persoalan

lewat jendela usia petang

 

 

HASYUDA ABADI,

Kota Marudu,

9-5-2001

 

 

 

Monolog Muhasabah

 

tak mungkin jelas dalam pawana kata

dalam rakam hikmah membahasakan kesilapan

jika pencak silat yang bersarang 

tak mampu mempertahankan ujian

bahkan ujana kemaafan,

kucuba menangkis tikaman

demi tikaman waktu yang tajam

mengasak kejengkelan dan dendam menghitam

entah tiba-tiba saat itu aku duduk semula

di atas kedaifan sejuta malang

sambil merakam setiap bait muhasabah

di tingkap gelisah

 

kemahuan itu diwarnakan segerombolan tipu helah

memasung waspada dan kedaifan

kutahu di mana langkah yang harus kumatikan

mampu kumengelak tikaman-tikaman

kerana di tanganku

adalah taming sari yang mendendami putih kebenaran

aku akan gugur dan mati kerana itu

lihatlah darah ini, mengalirkan segala-galanya

batu hati, pekak dengar, ego api

 

kematianku ini membawa pergi semua mimpi

ngeri, menenggelamkan kapal daifku yang memperkasa

celaka, menghalang makna perkasihan,

ziarahlah ke dalam ketiadaanku kali ini

sebagai doa muhasabah, menjulang maknanya

igau sejahtera, emas percaya, agung cinta

inilah jasadku yang sebenar, sekarang!

 

Kota Kinabalu

17 April 2001

 

 

 

 

Kunjungan 4(ii)

 

yang kudengar masih lagi suatu kesenyapan

ketika malam semakin menjanjikan

perjalanan yang dimulakan

masih juga persoalan

datang dan kembali mengunjungi

meski masih juga senyap yang menyelinap

antara bait-bait puisi

menjaring makna yang kunyawakan

dari segala kehidupan

 

memang masih ada

meski esok bukan menjadi mesti

hanya suatu riwayat yang berbaki

senyap yang sayup diriuhkan

tak mudah dimengerti kecuali biasa

menterjemah gelombang rasa

 

sambil merasainya waspada

keajaiban mistik meninggalkan warna

hanya kelihatan tak di mana-mana

hanya ditemukan dalam riwayat hayat

diriuhi senyap membarai hakikat

 

kunjungan apakah menjemputku berlalu?

 

 

Taman Puterajaya, Telipok.

7.1.2002

 

 

 

 

 

NYANYI SEPI

hanya masih padamu
memahami pergerakan awan
dan hujan yang gerimis,
sambil gelora di puncak
tetap disimpan diam
digamit rawan

masih padamu
bernaung raung yang kurasa
ungkapan rahsia tak didengar
saat masih ada ulangan ucap
memaknakan lumrah insan

kembara uzlah dekatkan rumah
anugerah tak siapa lagi merasai
sering memberi irama
dan diksi-diksi mengharu
masih juga padamu
yang tahu

ini kunjungan dan persalaman
merawi pengalaman semalam
juga padamu menghayati nilai
santun diam
mengagungi lestari sepi
di dalamnya wangi kasturi
tamsil ada dan masih tak bermimpi

adamu di manapun sepi
menjadi nyanyi yang difahami


HASYUDA ABADI,

Tanjung Aru Kota Kinabalu
1 November 2002

 

DIAM SEPIMU

 

insan menabur benih di taman yang subur
memelihara sesuai iklimnya aliran zat-zat
anugerah Tuhan mengalir di seluruh sosok
sampai saatnya mencambah akar dan gerakan
ke Langit, ranting-ranting, dahan-dahan
daun-daun, bunga-bunga dan buah-buah
akhirnya memberikan benihnya
menyaksikan peredaran benih yang dicambahkan
hingga akhirnya pulang di permukaan hukuman

 

ini benih yang disemai di taman yang sunyi
iklim yang mengerti bahasanya:
amanah insan yang menyusur alurnya
pohon yang tega memakna akarnya
sepi daun-daun
sendiri ranting dan dahannya
memusatkan ziarah-ziarah itu menyatu
tamsil menggema daerah sunyi
memakna diri agar tak sepi menyanyi
agar saujana akal mencekal insani
tega mengasmara Rindu
meria Taman yang menyambut haru
di sisi tak mungkin diriku tapi sepiMu.


HASYUDA ABADI,
Ikatan Penulis Sabah,
29.10.2002.

 

 

Mungkinkah Kerana Kesilapan

Menjelajahi liku
akar rahsia rasa
baru ditemui rindu
bersembunyi di balik
tabir fikir
Dalam lamunan
rindu itu
menyusur galur bahasa
yang terlalu rahsia
memperibadi mimpi
Bukan saja keliru
ketika mengungkapkan
perulangan malam
dan siang
ada pada diri
rupanya diadun
kesilapan yang rahsia
Maka hanya pulang
saja
memberi tanda
waspada dan muhasabah
impian meski tak
bernoktah
mempelajari kebenaran
lebih insan
lebih insaf
sebelum meneruskan
hala ke akar rahsia
negeri jauh itu
Mungkinkah kerana
kesilapan
meriwayatkan
pedoman
hari
hari
menjelang
kedewasaan.

HASYUDA ABADI,

Ikatan Penulis Sabah,

Kota Kinabalu.

23.9.2001.

 

Wajah Hati

 

luka wajah hati tak siapa dapat

mencerminkan derita

rawan menjelajahi ruang raung

yang terlalu diam

menyepi menjahit kembali

kesedihan entah pada siapakah

gembira yang lara

menjaring warna sepi

 

apakah masih ada pertanyaan

yang belum berjawab

pohon rimbun yang memelihara teduhnya

embun yang memelihara sejuknya

matahari yang memelihara cahayanya

apakah sudah ada jawapan

kepada persoalan

yang berakar

wajar

 

aku melihat wajahmu

menembusi alam fikir yang berbaur

kenangan dan impian bersusurgalur

berganti silih membahang

rahang kekuatan

aku memilih wajahmu

dalam bahasanya yang sendiri

dialog rasa rahsia

menyimpan bahagia di bilik gelombang

sambil mendapatkan semula kunci

yang dikembalikan

 

kerana luka wajah hati

tak pernah berbicara terbuka

lahar ledakannya mengalir

di lembah ayu

mencuit rawan menterjemahkannya

dalam bicara biasa bermakna

 

 

HASYUDA ABADI,

Kota Kinabalu.

12 Oktober 2001